Monday 18 April 2022

Pertama kali: Super Mario Bros.

"There is a first time for everything."

Ada banyak hal yang baru bagi kita, termasuk mengenal dan memainkan video game. Suatu ketika pas masih SD, entah kelas 4 atau 5, saya melihat di televisi tetangga ada sebuah permainan yang terpasang  di sana. Hmmm, menarik. Di game tersebut, tokoh utama yang berwarna merah menyunduli batu bata, mengambil koin, dan membunuhi musuh-musuhnya dengan cara diinjak. Game itu adalah Super Mario Bros.

"Ini namanya PS." Kata tetangga yang punya game tersebut.

Saya hanya bisa melihat sambil sedikit kepingin. Hehe. Di usia tersebut, saya yang belum pernah sekalipun melihat wujud PS yang benar-benar PS (Play Station) ya percaya-percaya saja. Lagi-lagi sambil sedikit kepingin. Belakangan saya tahu bahwa unit yang dimainkan tersebut namanya Nintendo, dan tentunya bukan Nintendo yang asli NES, tapi versi bootleg-nya yang sudah terisi game, dengan merk yang sangat misleading seperti "Poly Station Game 9999" in 1 atau semacamnya.

Memang bukan video game pertama bagi saya, sih, karena sebelum-sebelumnya saya juga sudah pernah punya brick game alias gimbot. Tapi, "PS" ini benar-benar berbeda! Permainannya (kelihatan) jauh lebih menyenangkan, dan bermainnya di TV!

Akhirnya, saya melakukan hal yang selayaknya anak SD lakukan ketika menginginkan sesuatu: minta ke orang tua, bahkan dengan histeris dan menangis. Sungguh cara yang sangat tidak dewasa (karena memang belum dewasa). Dan, tentu saja tidak dituruti, dengan alasan utama bahwa waktu itu keluarga kami masih susah dalam hal keuangan. Bukan susah yang benar-benar "susah" tapi bisa dibilang barely even survived, jadi tidak ada prioritas untuk membeli hal-hal semacam itu.

Karena cara menangis tidak membuahkan hasil, maka saya melancarkan Plan B: menabung dan membeli sendiri. Waktu itu kalau tidak salah setelah lebaran, dan selayaknya anak-anak berbahagia karena dapat THR lebarannya masing-masing, ternyata uang lebaran saya cukup untuk beli NES (bootleg)! Yeay, akhirnya setelah beberapa saat, saya bisa main Super Mario di rumah sendiri. Itu terjadi kalau tak salah ketika saya sudah SMP kelas 7. Siang-malam saya mainkan game itu dengan penuh sukacita, sampai sudah setengah hapal dengan beberapa lokasi rahasia, di mana harus nyundul tuk menemukan 1-up, mana pipa yang menuju koin, mana bata yang menuju ke awan, dll.

Tapi, senikmat-nikmanya main game di TV sendiri, ternyata juga ada rasa bosannya. Ya, selayaknya berbagai hal lain lah ya. Meskipun demikian, tetap saja, bagiku game Super Mario Bros adalah salah satu game yang memperkenalkanku kepada keseruan game console, hingga suatu saat ketika SMA saya dibelikan satu unit PS 2, tetap saja Super Mario Bros tidak terlupakan. Waktu kuliah dulu juga sempat punya Nintendo DS dan Nintendo 3DS pun, salah satu game yang tidak lupa dimainkan adalah Super Mario Bros (tentunya di versi DS dan 3DS).

NB: Sebenarnya saya sudah mengenal PS yang benar-benar "PS" pas SD juga sih, tapi ya masih rental-rental. Tapi waktu itu jangankan punya PS sendiri, punya PS yang Poly Station 9999 in 1 saja tidak mampu kok.


Tangerang, 18 April 2022
Bisa main Super Mario Bros pake emulator gak sih di laptop?



No comments:

Post a Comment