Tuesday 19 April 2022

Pertama kali: membaca buku berbahasa Inggris

 "There is a first time for everything."

Ada banyak hal yang baru bagi kita, termasuk membaca buku berbahasa asing, atau dalam kasus saya bahasa Inggris. Saya masih ingat buku berbahasa Inggris pertama yang saya beli dan baca, berjudul Hitman Anders and the Meaning of It All, karangan Jonas Jonasson, yang sampulnya seperti gambar di atas. Dari situ kemudian "petualangan" membaca buku-buku impor berbahasa Inggris dimulai.

Suatu hari, beberapa saat setelah lulus kuliah, saya yang masih di Jogja merasa sedikit suntuk dan butuh buku bacaan baru. Entah dapat ilham dari mana, saya tiba-tiba kepingin beli buku novel yang berbahasa Inggris. Saya pernah baca di suatu situs atau blog, bahwa membaca buku-buku berbahasa Inggris dapat memperkaya kosakata (vocabulary) kita.

Lalu saya mencari tahu toko buku mana yang menyediakan novel-novel impor, dan mendapat satu nama toko dari seorang teman, Periplus. Dan ternyata Periplus ada tokonya di Jogja, yang salah satu cabang Periplus ada di Malioboro Mall. Siang itu, saya pergi ke sana.

Sesampainya di Periplus, saya memilih-milih dulu buku yang sesuai dengan budget karena waktu itu masih bokek. Lalu saya ambil Hitman Anders...

Saya pertama kali mengenal humor gelap ala Jonas Jonasson di novel debutnya "The 100-year-old Man Who Climbed Out of the Window and Disappeared" (phew, panjang sekali judulnya), yang bercerita tentang Allan Karlsson yang kabur dari panti jompo di ulang tahunnya yang ke-100. Karena buku tersebut ternyata sangat hilarious dan banyak bercerita tentang sejarah abad 20 (secara komedi dan satire), jadi saya beli buku selanjutnya yang ternyata belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu Hitman Anders itu. Jonas Jonasson adalah penulis asli Swedia, jadi bukunya yang berbahasa Inggris juga sebenarnya terjemahan dari bahasa Swedia, bukan naskah aslinya.

Setelah bayar dan pulang, saya langsung buka bungkusan (seal plastiknya). Ketika membuka halaman pertama, paragraf pertama, bahkan kalimat pertama, langsung ketemu kata-kata yang sulit. Catatan kata-kata sulit dan aplikasi Meriam-Webster di HP sudah disiapkan. Saya ulangi lagi membaca paragraf yang sama untuk mengerti maksudnya secara utuh. Begitu seterusnya sampai habis 1 bab pertama. Itu pun belum mengerti, jadi saya ulangi membacanya lagi.

Bagi yang tidak pernah baca novel berbahasa Inggris seperti saya kala itu, memang sulit sekali. Padahal genre novel yang saya baca itu humor, bukan genre yang "berat" banget. Tapi, lagi-lagi namanya juga pertama kali. Ingat kan pertama kali kita belajar naik sepeda? Kan gak langsung lancar. Bahkan sampai sekarang pun, bagi saya membaca fiksi itu lebih sulit dibandingkan non-fiksi. Buku non-fiksi cenderung lebih "lugas" kosakatanya, jadi tidak perlu sedikit-sedikit buka kamus. 

Setelah buku pertama tersebut, entah sudah berapa puluh buku berbahasa Inggris yang saya selesaikan. Memang sulit pada awalnya, tapi lama-kelamaan akan terbiasa juga. Menambah kosakata itu tidak bisa dengan kita menghafalkan isi kamus satu-per-satu. It's not gonna work. Bacalah buku, berita online, jurnal, paper, dll sebanyak-banyaknya. Dan bahasa Inggris yang dipakai di buku-buku (terutama fiksi) itu kebanyakan adalah natural English. Ya seperti itulah mereka berkomunikasi, bukan bahasa ala buku diktat atau LKSmu. Awalnya memang akan sering-sering membuka kamus, lama-lama masih buka kamus juga sih, tapi semakin jarang. 

***

Begitu lah kira-kira "pengalaman" pertamaku membaca novel berbahasa Inggris. Kalau kamu belum pernah dan takut "susah ngerti", ya dicoba saja dulu. Tidak ada salahnya mencoba. Agar tidak terlalu "kaget" dengan bahasa Inggrisnya, coba dengan novel-novel young adults seperti seri Percy Jackson, atau sekalian buku anak-anak seperti The Little Prince (yang sebenarnya juga sangat enjoyable tuk dibaca orang dewasa).

Good luck!


Tangerang, 19 April 2022
Masih akan terus menuliskan pertama-pertama yang lain




No comments:

Post a Comment