Jalan-jalan ke Grand Indonesia setelah ujian selesai |
Halo, semuanya.
Pada hari Minggu, 7 Juli 2024 kemarin saya mengikuti 日本語能力試験 alias The Japanese Language Proficiency Test (JLPT) alias Ujian Kemahiran Berbahasa Jepang. Ujian JLPT ini merupakan JLPT ke-dua bagi saya, setelah terakhir mengikutinya pada JLPT Juli 2018 dengan kota kota yang sama (Jakarta). Saya lupa venue JLPT 2018 silam, namun yang jelas berbeda dengan venue tes kemarin yaitu di SMPN 13 Jakarta.
Pukul 6 pagi, saya berangkat ke Stasiun Rawa Buntu dan menitipkan sepeda motor di tempat penitipan di dekat stasiun. Setelah masuk Stasiun, tidak lama KRL tujuan Tanah Abang tiba. Saya naik, lumayan kaget karena di jam sepagi itu, di hari minggu pula, keretanya sudah lumayan penuh. Karena tidak dapat tempat duduk, saya berdiri di dekat pintu dan bersandar.
"...Stasiun Kebayoran, pintu sebelah kanan akan terbuka."
Pintu terbuka, saya turun. Saya mencari toilet, mengecek google maps sebelum keluar (untuk memastikan keluar dari pintu yang mana). Eh ada RotiO, ya sudah beli roti dulu untuk sarapan.
Setelah tap out, ada penunjuk arah untuk tempat tunggu Go-Jek. Saya keluar dan menuju ke titik jemput itu. Kebetulan ada ibu-ibu penjual kue. Ya sudah beli kue juga, dan kebetulan abang Go-Jeknya datang. Saya pun diantar menuju SMPN 13 Jakarta.
Kondisi jalanan basah sehabis hujan, membuat suhu udara menjadi sejuk. Perjalanan dari Stasiun Kebayoran ke lokasi tes memakan waktu sekitar 15 menit. Saya melihat Stasiun MRT Blok M, yang tidak terlalu jauh dari lokasi, tampaknya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Menarik.
Lokasi Ujian
Saya tiba di SMPN 13 Jakarta sekitar pukul 7 pagi. Masih ada waktu sekitar 2 jam sebelum ujian dimulai pada pukul 9:00, tapi tidak masalah karena lebih baik datang duluan daripada terlambat, bukan?
Saya mengecek ruangan tes saya di lantai 2 ruang 10, mencocokkan dengan nomor peserta. OK. Ketemu. Di jam sepagi itu, SMPN 13 Jakarta masih sepi. Kondisi sehabis hujan membuat udara lebih sejuk. Tidak banyak tempat duduk kecuali di lantai 1. Saya turun dulu mencari kursi-kursi kosong. Lokasi ujian ini tidak hanya melayani ujian level N4 tapi juga N5. Saya perhatikan mulai ruang 11 dan seterusnya adalah ujian untuk level N5, dengan penggunaan ruang kelas hingga ke lantai tiga!
Lama-lama bosan juga, mencoba membuat small talks dengan mas-mas berkacamata yang juga akan menempuh ujian N4.
"Dari Jakarta, mas?" tanyaku
"Enggak, saya dari Bandung."
"Hah Bandung? Jauh-jauh ke sini?" Saya sedikit terkejut.
Dan ternyata bukan hanya mas berkacamata itu yang datang dari luar kota. Sebagai suatu event 6 bulanan, tentu JLPT adalah salah satu hal yang dinanti-nantikan dan tidak boleh terlewatkan.
Semakin siang
Semakin mendekati pukul 09:00 WIB, SMPN 13 Jakarta menjadi semakin ramai. Berbagai macam peserta dari anak-anak sampai dewasa ada semua. Dan yang pasti, mukanya muka wibu semua. Tak seperti JLPT yang telah saya lalui 2018 silam, sepertinya ujian JLPT kali ini jauh lebih ramai. Dapat dilihat bahkan sejak pendaftaran peserta, 10 menit pertama pun slot ujian langsung ludes! Apakah memang populasi wibu di negeri ini tumbuh dengan begitu pesatnya?
09:00
"Yuk persiapan." Kata seorang bapak-bapak dengan lantangnya. Sepertinya seorang pengawas ujian. Seluruh peserta pun berbondong-bondong mendekati pintu ruang ujiannya masing-masing. Saya menuju ruang 10, memeriksa nomor kursinya dan mencocokkan dengan nomor peserta saya. Posisiku saat itu hampir tepat di tengah-tengah ruangan, dengan 5 baris bangku dan 4 kolom, saya tepat di baris ke-tiga, juga tidak terlalu ke pinggir, kolom ketiga dari kiri. Panitia memberi jarak 1 kolom bangku kosong sehingga masing-masing peserta tidak saling bersinggungan secara langsung. Namun, karena jumlah bangku di sana tidak sebanyak itu (dan ruangannya juga tidak sebesar itu), sehingga kolom ke-tiga dan ke-empat berimpit.
Denah tempat duduk waktu itu. Merah: posisi penulis; Biru: peserta tidak hadir. |
Setelah para peserta duduk, ujian tidak langsung dimulai. Masih ada penjelasan ujian oleh pengawas. Saat itu juga, lembar jawaban dan lembar soal bagian pertama dibagikan. BTW, ujian JLPT terdiri dari 3 subtes, yaitu:
- 文字・語彙 (Kanji & kosakata)
- 文法・読解 (Tata bahasa & wacana)
- 聴解 (Mendengarkan)
もじ・ごい
Tepat pada 10:00 subtes pengetahuan kanji dan kosakata dimulai. Buku soal yang dari satu jam yang lalu tertutup, kini boleh dibuka. Bagian pertama, tertulis satu kalimat dengan satu kata yang tertulis dalam hiragana yang digarisbawahi, lalu kita diminta memilih mana di antara opsi 1-4 yang merupakan tulisan kanji yang sesuai. Bagian kedua adalah kebalikannya. Ada satu kata yang tertulis dalam kanji yang digarisbawahi, dan kita diminta memilih antara opsi 1-4 yang merupakan cara bacanya. Bagian ketiga dari subtes Moji/Goi ini lebih abstrak. Ada sebuah kalimat, lalu kita disuruh memilih dari opsi 1-4 yang mana yang merupakan kalimat dengan makna yang sama. Misal (dalam bahasa Indonesia): Pada hari ulang tahunku, ibu memberiku jam tangan; maka kalimat yang bermakna sama adalah pada hari ulang tahunku, aku menerima jam tangan dari ibu.
Pada subtes Moji/Goi ini, dari alokasi waktu 25 menit, saya menyelesaikan subtes dalam 15 menit. Saya mengecek kembali apakah ada jawaban yang belum terhitamkan, menutup kembali buku soal setelah yakin 100% dengan jawabanku, dan meletakkan LJK di atas buku soal. Peserta tidak boleh keluar ruangan meski telah selesai duluan. Saya menunggu sampai 10:25, menyerahkan buku soal dan LJK kepada pengawas, dan istirahat.
文法・読解
Setelah istirahat selama 15 menit, pengawas memberikan buku soal yang kedua. Alokasi waktu untuk subtes Bunpo/Dokkai ini adalah 55 menit, dan subtes ini terdiri dari 2 bagian utama: tata bahasa dan wacana.
Bagian pertama dari soal tata bahasa tentunya adalah soal partikel dalam bahasa Jepang. Partikel adalah hal yang susah-susah gampang bagi pembelajar bahasa Jepang. Ada banyak sekali partikel dalam bahasa Jepang dengan kegunaannya masing-masing, yang terkadang membuat kita sebagai pembelajar juga ketar-ketir karena terkadang kegunaannya itu mirip-mirip.
Bagian kedua dari soal tata bahasa adalah merangkai kata menjadi suatu kalimat utuh yang baik dan benar. Ini agak challenging karena kita harus mengerti maksud kalimatnya untuk bisa menyusunnya, bukan?
Bagian terakhir dari Bunpo/Dokkai (seingatku) adalah wacana. Pertama kita diberi sebuah cerita, lalu muncul beberapa pertanyaan berdasarkan cerita yang dibaca. Ada beberapa cerita dalam bagian ini. Lalu bagian Dokkai selanjutnya adalah selebaran/pamflet. Lalu pertanyaan yang muncul adalah isi informasi dalam selebaran tersebut.
Dari 55 menit waktu yang diberikan, saya menyelesaikan subtes kedua ini dalam waktu setengah jam lebih sedikit.
聴解
Subtes mendengarkan di JLPT menjadi momok tersendiri bagi para peserta karena... kualitas audionya yang (sangat) jelek. Bagi yang pernah senam SKJ pada waktu SD dulu, nah kira-kira seperti itulah peralatan audio yang dipakai. Sebuah minicompo kecil dengan kualitas suara yang ............. begitulah. Apalagi di ruang kelas yang tidak kedap bunyi, suara audio dari ruangan sebelah tentu saja masuk dan menabrak audio Chokai dari minicompo di ruang kelas ini.
Tepat pukul 12:00 WIB, sesuai dengan jadwal, audio Chokai mulai dinyalakan. Checksound pun dimulai...
天気がいいから、散歩しましょう・・・
(karena cuacanya cerah, ayo jalan-jalan...)
Terus terang saya lupa apa saja bagian-bagian dari subtes Chokai yang horor ini. Yang jelas saya cukup pesimistis dengan subtes ini hahaha. Jadi misalkan bulan depan ternyata dinyatakan saya tidak lulus JLPT N4 Juli 2024, pasti karena Chokai ini. Hahahahahahaha
Setelah tes selesai...
Mumpung masih di Jakarta, saya ingin jalan-jalan dulu. Mumpung "cuacanya cerah" juga hehehe. Selua peserta dari belasan ruang ujian di 3 lantai SMPN 13 Jakarta ini keluar dan memadati pintu keluar sekolah. Nampaknya mereka menunggu ojek online. Wah kacau, pikirku.
Saya berjalan menuju Stasiun MRT Blok M sambil melihat Google Maps. Hanya 1 km lebih sedikit, sekitar 17 menit jalan kaki. Lurus saja, ketemu 2x lampu merah, belok kanan. Dan, ketemu juga pintu masuk stasiunnya.
Sebelum masuk, saya merasa nampaknya makan siang dulu lebih masuk akal, daripada nanti semaput di dalam kereta. Jadi saya menuju Indomaret di dekat stasiun itu, membeli nasi ready to eat dan satu botol air mineral.
Kenyang. Saya masuk Stasiun, dan menunggu di peron. Saya naik kereta ke tujuan Bundaran HI. Lumayan penuh, kebanyakan keluarga. Ya wajar saja, tidak ada salahnya kan jalan-jalan di akhir pekan bersama keluarga?
Beberapa menit pun berselang, dan akhirnya kereta tiba di Stasiun akhir Bundaran HI. Saya mencari jalan keluar, dan menuju pintu keluar yang mengarah ke Grand Indonesia. Kenapa Grand Indonesia? Saya ingin mencari buku-buku berbahasa Jepang di Kinokuniya, dan kebetulan toko buku itu hanya ada di Grand Indonesia dan PIK.
Saya membuka Google Maps dan mencari Grand Indonesia. Ketemu. Saya sempat salah masuk. Kinokuniya ada di West Mall, tapi saya salah masuk ke East Mall. Oke, keluar lagi, pemeriksaan sekuriti lagi. Saya buka Google Maps lagi untuk mencari di sebelah mananya West Mall. Lantai Lower Ground (LG). OK, turun 1 lantai. Lho kok foodcourt? Pikirku. Saya jalan saja terus, daaaan ketemulah yang dicari.
Banyak sekali buku resep berbahasa Jepang, ada beberapa manga Doraemon, novel-novel Jepang, buku-buku pelajaran Bahasa Jepang (ada buku Minna no Nihongo juga!), bahkan ada buku pelajaran bahasa Indonesia untuk orang Jepang (yang tadinya saya ingin koleksi namun tidak jadi setelah melihat harganya).
Buku pelajaran bahasa Indonesia untuk orang Jepang |
Setelah browsing dan mencari-cari di rak Japanese Books itu, akhirnya saya membawa pulang ...
Shosetsu Mira-san (Novel Mira-san) jilid I dan II, dan sebuah manga Doraemon |
Shosetsu Mira-san adalah novel Mira-san (salah satu tokoh sentral dalam seri buku Minna no Nihongo) yang menceritakan pengalaman Mira-san selama hidup di Jepang, mulai dari saat ia baru datang Dari Amerika sampai... eh sampai mana ya, saya belum tamat baca jilid II hehe. Bagi pengguna buku Minna no Nihongo, kisah Mira-san ini menarik sekali karena bahasanya yang disesuaikan bagi pemula dan ceritanya sangat masuk ke dalam universe buku Minna no Nihongo hahahahaha (semua dalam sudut pandang Mira-san sebagai orang pertama).
Membaca novel Jepang di kereta agar disegani orang-orang |
Hari pun usai...
Dengan kereta MRT lagi, saya menuju stasiun Sudirman, lalu lanjut KRL menuju Stasiun Rawa Buntu. Lelah sekali. Karena banyak berjalan, hari itu jam tangan saya mencatat 15 ribu langkah. What a day!
Dan saya mempersiapkan diri untuk JLPT Desember nanti.
Tangerang Selatan, 9 Juli 2024
Tetap semangat, because next year is our year.
No comments:
Post a Comment