Sunday 29 May 2016

Kisah Si Penjual Salak

suatu ketika, tersebutlah seorang remaja laki-laki bernama Modjo jalan-jalan di luar kota bersama rombongan club game counter strikenya. ia teringat untuk membelikah oleh-oleh yang di rumah. maka singkat cerita, mampirlah ia untuk membeli salak setelah melihat ada seorang nenek tua berjualan salak di pinggir jalan.
"nek, salaknya berapaan?" tanya si Modjo
"murah le, cuma lima ribu sekilonya. manis-manis semua." jawab si nenek
"wah murah juga," mikir si Modjo. kemudian dia pun membeli sepuluh kilogram, tanpa sempat terpikir untuk mencoba terlebih dahulu salak yang dibelinya.
sambil berjalan menuju bis clubnya, dia pun mencoba salak yang dibelinya barusan.
satu dia coba, "loh kok sepet." pikirnya
kenudian yang kedua, ketiga ke sepuluh dan seterusnya. kok sepet semua.
merasa dibohongi, dia pun kembali kepada si penjual.
"gimana sih nek. kok salaknya saya coba sepet semua. mana saya udah beli banyak lagi, sepuluh kilo!" protes Modjo
"loh, apanya sepet. manis kok."
"ini saya cobain sepet semua nek. gak bisa pokoknya balikin duit saya tadi. nenek udah bohongin saya ini. untung saya belum balik ini."
"itu sih salah kamu sendiri le. kenapa kamu cuma coba. harusnya salak itu kamu makan, bukan cuma kamu coba. kalau kamu cuma nyoba ya sepet. tapi kalo kamu makan salak itu. kamu nikmati, justru bakalan terasa manis. masih mending kamu cuma sepuluh kilo yang sepet, itu di rumah nenek ada sepuluh kuintal gini semua rasanya, nenek biasa aja kok!"
"what the hell!" batin si Modjo.

cerita ini hanyalah fiktif belaka.
cerita yang disampaikan oleh salah seorang guru saya di asrama ini adalah salah satu intermezzo beliau dalam mengajar. pesan moral dari cerita tersebut adalah, terkadang kita merasa kita adalah orang yang paling menderita, paling sengsara dengan masalah paling besar di dunia ini sehingga kita merasa paling pantas untuk mengeluh sambil marah-marah atas masalah yang kita hadapi. kita tidak tahu bahwa ada orang lain dengan masalah yang lebih besar tetapi biasa-biasa saja dengan masalahnya karena dia sudah merasa terbiasa dengannya. hal ini digambarkan dengan nenek yang sudah tidak merasa sepet lagi dengan salak-salaknya karena sudah kadung terbiasa dengan rasa sepet sehingga rasa sepet itu pun berubah menjadi manis bagi si nenek.

di sebuah warnet di babarsari,
sambil menduplikasi sebuah permainan alias game ke dalam HDD eksternal
160529


No comments:

Post a Comment